Ikhlas Syarat Diterimanya Amal
أَلَا
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا
فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa pada jasad
terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, jika ia
buruk maka buruklah seluruh jasadnya, ketahuilah itu adalah hati” (HR.
Al Bukhari)
Allah Hanya Melihat Hati dan Amal
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ
لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى
قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah ia berkata,
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian
dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati kalian dan
perbuatan-perbutan kalian.” (HR. Muslim)
Maka benarlah pula perkataan Imam
Ibnul Mubaarak:
رُبَّ عملٍ صغيرٍ
تعظِّمهُ النيَّةُ وربَّ عمل كبيرٍ
تُصَغِّره النيَّةُ
“Betapa banyak amal yang kecil
menjadi bernilai besar karena niat, dan betapa banyak amalan besar yang menjadi
bernilai kecil karena niat”
Pengertian Ikhlas
Para ulama
menjelaskan ikhlas dengan beberapa pengertian, namun sebenarnya hakikatnya
sama. Abul Qosim Al Qusyairi mengatakan, “Ikhlas adalah menjadikan niat
hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan.”
Perintah Ikhlas
Allah
Menguji Bagi yang terbaik amalnya
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ
لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
“yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS. Al Mulk : 2)
Perintah Ikhlas
وَمَا أُمِرُوا إِلا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS.
Al Bayyinah: 5)
Semuanya untuk Alloh
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا
شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah:
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (QS: Al-An'am Ayat: 162-163)
Ikhlas Syarat Diterimanya Amal
Amal Diterima hanya yang ikhlas
إِنَّ اللهَ لاَ
يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ
وَجْهُهُ
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal
perbuatan, kecuali yang ikhlas dan dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu)
mencari wajah Allah.
(HR. An Nasai)
Amal Harus benar dan ikhlas
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya". (QS: Al-Kahfi Ayat: 110)
Syaikh Sulaiman
bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah berkata, "Dua
perkara ini adalah syarat diterimanya amalan, yaitu harus benar dan ikhlas.
Amalan yang benar adalah yang sesuai dengan sunnah sebagaimana yang telah
difirmankan, 'Hendaklah ia beramal dengan amalan yang shalih.' (QS. Al-Kahfi:
110). Dan amalan yang ikhlas adalah amalan yang terbebas dari syirik yang nyata
(al-jaliy) dan yang tersembunyi (al-khafiy).
Yang sampai hanya taqwa
لَنْ
يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى
مِنْكُمْۗ
“Daging-daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mennggapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari
kamulah yang dapat mencapainya.” (Qs. Al Hajj: 37)
Kisah 3 orang yang pertama
dibangkitkan
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلُ أَهْلِ الشَّامِ أَيُّهَا الشَّيْخُ
حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ
Dari hadapan Abu
Hurairah, setelah itu Natil, seorang penduduk Syam, bertanya, “Wahai Syaikh,
ceritakanlah kepada kami hadits yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shalallahu
‘alaihi wa sallam!” dia menjawab, “Ya, saya pernah mendengar Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ
فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا
قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ
لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ
حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Pertama:
“Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisap pada hari Kiamat ialah
seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia
mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: ‘Apa yang telah kamu lakukan
di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: ‘Saya berjuang dan berperang demi Engkau
ya Allah sehingga saya mati syahid.’ Allah berfirman: ‘Dusta kamu, sebenarnya
kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang
yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.’ Kemudian diperintahkan
kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.
وَرَجُلٌ
تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ
نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ
وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ
تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ
قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ
فِي النَّارِ
Kedua: Dan
didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya, lalu
diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas,
Allah bertanya: ‘Apa yang telah kamu perbuat? ‘ Dia menjawab, ‘Saya telah
belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur’an demi Engkau.’
Allah berfirman: ‘Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya
serta membaca Al Qur’an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan
kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya
dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.
وَرَجُلٌ
وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ
بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا
تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا
لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ
ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
---
Kajian "Ikhlas Syarat Diterimanya Amal" di youtube : https://youtu.be/WfJFsqQkQy4
Komentar
Posting Komentar