Ikhlas Kunci Pertolongan Allah
Ikrar Iblis Untuk Mengganggu Manusia
قَالَ
رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ
وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis berkata:
"Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku
akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan
pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. Al-Hijr: 39-40)
Dalam hal ini, bisa kita simak
penuturan Sayyid Qutb yang menjelaskan tentang hal ini, dia mengatakan bahwa
makna firman-Nya “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku’’ yang ikhlas untuk-Ku maka tidak
ada kuasa bagimu (setan) untuk menguasai mereka, tidak bisa mempengaruhi
mereka, tidak bisa engkau jadikan mereka memandang indah perbuatan maksiat
karena kamu terpenjara dihadapan mereka, karena mereka berada didalam suatu
penjagaan yang kokoh dari gangguanmu, karena jalan masukmu kedalam diri mereka
terkunci. Mereka adalah orang-orang yang menggantungkan pandangan mereka kepada
Allah dan mengetahui tipu dayanya dengan fitrah mereka yang berhubungan erat
dengan Allah.
Kisah Si Penebang Pohon Syirik
Ibnu Qudamah menyebutkan suatu
riwayat dari al Hasan berkata,”Dahulu pernah ada satu pohon yang disembah
selain Allah swt maka datanglah seorang laki-laki yang mengatakan,”Aku pasti
akan menebang pohon ini.”
Maka ia pun mendatanginya dan ingin
menebangnya semata-semata murka karena Allah.
Setan yang menyerupai manusia
mencoba menghampirinya dan berkata,”apa yang engkau inginkan?’
laki-laki itu menjawab,’Aku ingin
menebang pohon ini yang disembah selain Allah.’
dia itu berkata,’Jika memang engkau
tidak menyembahnya maka pohon yang disembah ini tidak akan merugikanmu?
Laki-laki itu berkata,’Aku pasti
menebangnya.’
Dia berkata kepadanya,’apakah engkau
mau sesuatu yang lebih baik daripada menebang pohon ini, jika kamu tidak
menebangnya maka kamu akan mendapatkan dua dinar pada esok hari dari bawah
bantalmu.’
Laki-laki itu mengatakan,’siapa yang
memberikan itu kepadaku.’
Dia berkata,’aku’.
Lalu laki-laki itu pun kembali
pulang dan pada keesokan harinya dia mendapati dua dinar dari bawah bantalnya.
Kemudian pada esok harinya lagi dia tidak mendapatinya lagi dan ia pun murka
dan ingin menebang pohon itu.
Maka setan yang menyerupai manusia
menemuinya dan berkata,’apa yang kamu inginkan?’
dia berkata,’Aku ingin memotong
pohon ini yang disembah selain Allah.’
Dia berkata,’kamu bohong, aku akan
menghalangimu dari menebangnya,’
laki-laki itu pun berusaha
menebangnya namun dia menghalanginya dan terjadi pergumulan sehingga ia mampu
mencekik laki-laki itu, dan berkata,”Tahukah kamu siapa aku?’
maka dia pun memberitahukannya bahwa
dirinya adalah setan.
Setan berkata,’pada pertama kali
engkau datang adalah semata-mata murka karena Allah sehingga aku tidak memiliki
jalan untuk menghalangimu. Maka aku pun memperdayamu dengan dua dinar kemudian
aku menghentikannya. Dan tatkala engkau tidak mendapatkannya lagi maka engkau
pun murka karena dua dinar itu sehingga aku bisa menguasaimu.”
(Mikhtashar Minhaj al Qosidhin)
Kisah Penciptaan Gunung
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ الْأَرْضَ جَعَلَتْ تَمِيدُ فَخَلَقَ الْجِبَالَ فَأَلْقَاهَا عَلَيْهَا
فَاسْتَقَرَّتْ
dari Anas bin Malik dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Ketika Allah telah
menciptakan bumi, bumi bergoncang, maka Allah menciptakan gunung-gunung yang
dipancangkan di atasnya hingga menjadi kukuh.
فَتَعَجَّبَتْ
الْمَلَائِكَةُ مِنْ خَلْقِ الْجِبَالِ فَقَالَتْ يَا رَبِّ هَلْ مِنْ خَلْقِكَ
شَيْءٌ أَشَدُّ مِنْ الْجِبَالِ قَالَ نَعَمْ الْحَدِيدُ
Maka malaikat merasa kagum dengan
penciptaan gunung, mereka kemudian bertanya; 'Wahai Rabb, apakah ada ciptaan-Mu
yang lebih keras dari gunung? ' Allah menjawab; 'Ya, yaitu besi! '
قَالَتْ يَا رَبِّ هَلْ مِنْ
خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنْ الْحَدِيدِ قَالَ نَعَمْ النَّارُ
Lalu mereka bertanya; 'Wahai Rabb,
apakah ada ciptaan-Mu yang lebih keras dari besi? ' Allah menjawab; 'Ya, yaitu
api! '
قَالَتْ يَا رَبِّ هَلْ مِنْ
خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنْ النَّارِ قَالَ نَعَمْ الْمَاءُ
Lalu mereka bertanya; 'Wahai Rabb,
apakah ada ciptaan-Mu yang lebih keras dari api? ' Allah menjawab; 'Ya, yaitu
air! '
قَالَتْ يَا رَبِّ فَهَلْ مِنْ
خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنْ الْمَاءِ قَالَ نَعَمْ الرِّيحُ
Lalu mereka bertanya; 'Wahai Rabb,
apakah ada ciptaan-Mu yang lebih keras dari air? ' Allah menjawab; 'Ya, yaitu
angin! '
قَالَتْ يَا رَبِّ فَهَلْ مِنْ
خَلْقِكَ شَيْءٌ أَشَدُّ مِنْ الرِّيحِ قَالَ نَعَمْ ابْنُ آدَمَ يَتَصَدَّقُ
بِيَمِينِهِ يُخْفِيهَا مِنْ شِمَالِهِ
Lalu mereka bertanya; 'Wahai Rabb,
apakah ada ciptaan-Mu yang lebih keras dari angin? ' Allah menjawab; 'Ya, yaitu
anak Adam, jika ia bersedekah dengan tangan kanannya hingga tangan kirinya
tidak mengetahuinya.'"
(HR. Ahmad)
Kisah Tiga Orang Terjebak di Goa
بَيْنَمَا
ثَلاَثَةُ نَفَرٍ يَتَمَشَّوْنَ أَخَذَهُمُ الْمَطَرُ فَأَوَوْا إِلَى غَارٍ فِي
جَبَلٍ فَانْحَطَّتْ عَلَى فَمِ غَارِهِمْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَانْطَبَقَتْ
عَلَيْهِمْ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: انْظُرُوا أَعْمَالاً عَمِلْتُمُوهَا صَالِحَةً
لِلهِ فَادْعُوا اللهَ تَعَالَى بِهَا لَعَلَّ اللهَ يَفْرُجُهَا عَنْكُمْ.
Ketika ada tiga
orang sedang berjalan, mereka ditimpa oleh hujan. Lalu mereka pun berlindung ke
dalam sebuah gua di sebuah gunung. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar dari
gunung itu lalu menutupi mulut gua mereka. Lalu sebagian mereka berkata kepada
yang lain: “Perhatikan amalan shalih yang pernah kamu kerjakan karena Allah,
lalu berdoalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan amalan itu. Mudah-mudahan
Allah menyingkirkan batu itu dari kalian.”
فَقَالَ
أَحَدُهُمْ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَ لِي
وَالِدَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَامْرَأَتِي وَلِي صِبْيَةٌ صِغَارٌ أَرْعَى
عَلَيْهِمْ فَإِذَا أَرَحْتُ عَلَيْهِمْ حَلَبْتُ فَبَدَأْتُ بِوَالِدَيَّ
فَسَقَيْتُهُمَا قَبْلَ بَنِيَّ وَأَنَّهُ نَأَى بِي ذَاتَ يَوْمٍ الشَّجَرُ
فَلَمْ آتِ حَتَّى أَمْسَيْتُ فَوَجَدْتُهُمَا قَدْ نَامَا فَحَلَبْتُ كَمَا
كُنْتُ أَحْلُبُ فَجِئْتُ بِالْحِلاَبِ فَقُمْتُ عِنْدَ رُءُوسِهِمَا أَكْرَهُ
أَنْ أُوقِظَهُمَا مِنْ نَوْمِهِمَا وَأَكْرَهُ أَنْ أَسْقِيَ الصِّبْيَةَ
قَبْلَهُمَا وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمَيَّ فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ
دَأْبِي وَدَأْبَهُمْ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي
فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا فُرْجَةً نَرَى
مِنْهَا السَّمَاءَ. فَفَرَجَ اللهُ مِنْهَا فُرْجَةً فَرَأَوْا مِنْهَا السَّمَاءَ
Lalu berkatalah
salah seorang dari mereka: “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua ibu
bapak yang sudah tua renta, seorang istri, dan anak-anak yang masih kecil, di
mana aku menggembalakan ternak untuk mereka. Kalau aku membawa ternak itu
pulang ke kandangnya, aku perahkan susu dan aku mulai dengan kedua ibu bapakku,
lantas aku beri minum mereka sebelum anak-anakku. Suatu hari, ternak itu
membawaku jauh mencari tempat gembalaan. Akhirnya aku tidak pulang kecuali
setelah sore, dan aku dapati ibu bapakku telah tertidur. Aku pun memerah susu
sebagaimana biasa, lalu aku datang membawa susu tersebut dan berdiri di dekat
kepala mereka, dalam keadaan tidak suka membangunkan mereka dari tidur. Aku pun
tidak suka memberi minum anak-anakku sebelum mereka (kedua orangtuanya, red.)
meminumnya. Anak-anakku sendiri menangis di bawah kakiku meminta minum karena
lapar. Seperti itulah keadaanku dan mereka, hingga terbit fajar. Maka kalau
Engkau tahu, aku melakukan hal itu karena mengharapkan wajah-Mu, bukakanlah satu
celah untuk kami dari batu ini agar kami melihat langit.” Lalu Allah
bukakan satu celah hingga mereka pun melihat langit.
وَقَالَ
الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمٍّ أَحْبَبْتُهَا كَأَشَدِّ
مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ وَطَلَبْتُ إِلَيْهَا نَفْسَهَا فَأَبَتْ
حَتَّى آتِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ فَتَعِبْتُ حَتَّى جَمَعْتُ مِائَةَ دِينَارٍ
فَجِئْتُهَا بِهَا فَلَمَّا وَقَعْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ: يَا عَبْدَ
اللهِ اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفْتَحِ الْخَاتَمَ إِلاَ بِحَقِّهِ.
فَقُمْتُ عَنْهَا فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي
فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا فُرْجَةً. فَفَرَجَ
لَهُمْ
Yang kedua
berkata: “Sesungguhnya aku punya sepupu wanita yang aku cintai, sebagaimana
layaknya cinta seorang laki-laki kepada seorang wanita. Aku minta dirinya
(melayaniku), tapi dia menolak sampai aku datang kepadanya (menawarkan) seratus
dinar. Aku pun semakin payah, akhirnya aku kumpulkan seratus dinar, lalu
menyerahkannya kepada gadis itu. Setelah aku berada di antara kedua kakinya,
dia berkata: ‘Wahai hamba Allah. Bertakwalah kepada Allah. Jangan engkau buka
tutup (kiasan untuk keperawanannya) kecuali dengan haknya.’ Maka aku pun
berdiri meninggalkannya. Kalau Engkau tahu, aku melakukannya adalah karena
mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami satu celah dari batu ini.”
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun membuka satu celah untuk mereka.
وَقَالَ
الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنِّي كُنْتُ اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقِ أَرُزٍّ
فَلَمَّا قَضَى عَمَلَهُ قَالَ: أَعْطِنِي حَقِّي فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ فَرَقَهُ
فَرَغِبَ عَنْهُ فَلَمْ أَزَلْ أَزْرَعُهُ حَتَّى جَمَعْتُ مِنْهُ بَقَرًا
وَرِعَاءَهَا فَجَاءَنِي فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَظْلِمْنِي حَقِّي. قُلْتُ:
اذْهَبْ إِلَى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرِعَائِهَا فَخُذْهَا. فَقَالَ: اتَّقِ اللهَ وَلاَ
تَسْتَهْزِئْ بِي. فَقُلْتُ: إِنِّي لاَ
أَسْتَهْزِئُ بِكَ خُذْ ذَلِكَ الْبَقَرَ وَرِعَاءَهَا. فَأَخَذَهُ فَذَهَبَ بِهِ فَإِنْ
كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مَا
بَقِيَ. فَفَرَجَ اللهُ مَا بَقِيَ
Laki-laki ketiga
berkata: “Ya Allah, sungguh, aku pernah mengambil sewa seorang buruh, dengan
upah satu faraq1 beras. Setelah dia menyelesaikan pekerjaannya, dia berkata:
‘Berikan hakku.’ Lalu aku serahkan kepadanya beras tersebut, tapi dia tidak
menyukainya. Akhirnya aku pun tetap menanamnya hingga aku kumpulkan dari hasil
beras itu seekor sapi dan penggembalanya. Kemudian dia datang kepadaku dan
berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah, dan jangan zalimi aku dalam urusan hakku.’
Aku pun berkata: ‘Pergilah, ambil sapi dan penggembalanya.’ Dia berkata: ‘Bertakwalah kepada Allah dan jangan mempermainkan saya.’ Aku pun berkata: ‘Ambillah sapi dan penggembalanya itu.’ Akhirnya dia pun membawa sapi dan penggembalanya lalu pergi. Kalau Engkau tahu bahwa aku melakukannya karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah untuk kami apa yang tersisa.” Maka Allah pun membukakan untuk mereka sisa celah yang menutupi. (HR. Al Bukhari)
----
Saksikan pembahasan kajian ini di : https://youtu.be/K8uDZmTUPRA
Komentar
Posting Komentar